Kompas.com Desa Wisata Saung Ciburial berada di kawasan dataran tinggi, tepatnya di ketinggian 1.019 meter di atas permukaan laut (mdpl). Meski berada di kawasan dataran tinggi, Desa Wisata Saung Ciburial memiliki akses yang cukup mudah. Wisatawan bisa mencapai kawasan ini dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. “Akses kami cukup mudah ya. Tapi untuk bus yang berukuran besar dilarang memasuki kawasan desa karena ditakutkan bisa menghambat arus kendaraan lainnya,” tutur Siti. Ia menjelaskan, kendaraan berukuran besar bisa parkir di depan gerbang menuju desa. Kemudian wisatawan dapat berjalan kaki menuju Desa Wisata Saung Ciburial. Wisatawan yang membawa kendaraan pribadi seperti mobil atau motor dapat memarkirkan kendaraannya di area desa dengan lahan parkir yang cukup luas.
Terdapat beberapa atraksi wisata yang dapat dinikmati wisatawan di kawasan desa. Mulai dari wisata alam sampai wisata budaya atau edukasi. Wisatawan dapat menyaksikan secara langsung dan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang pertanian, peternakan, dan UMKM. Terdapat pula aktivitas lain yang bisa dijalani wisatawan, di antaranya kemah, outbound, river tubing, dan yoga. “Desa wisata ini mencakup keseluruhan wilayah yang terdiri dari 7 RW. Jadi atraksinya beragam,” imbuh Siti.
Pihak pengelola Desa Wisata Saung Ciburial menyediakan saung wisata yang dapat digunakan sebagai penginapan. Terdapat tiga saung yang dengan empat sampai lima kamar di masing-masing bangunan. Saung Ciburial merupakan saung empat kamar dengan kapasitas 8-15 orang. Saung tipe ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp 3 juta per malam. Sedangkan Saung Cikalapa merupakan saung yang paling besar di kawasan tersebut. Bangunan ini terdiri dari enam kamar dengan kapasitas sekitar 12 hingga 25 orang. Harga Saung Cikalapa adalah mulai dari Rp 5 juta per malam.
Yang terakhir adalah Saung Cigintung dengan harga sewa mulai dari Rp 2,5 juta per malam. Saung ini memiliki empat kamar dengan kapasitas maksimal mencapai 16 orang. Selain saung, wisatawan juga bisa menginap di rumah warga dengan harga yang lebih murah. “Kalau (menginap) di homestay jauh lebih murah. Keuntungannya juga bisa mengikuti aktivitas dari pemilik rumah yang merupakan masyarakat lokal,” lanjut Siti.
Sumber: Kompas.com